Jumat, 18 Maret 2016

Beruang Terakhir


Beruang Terakhir

Oleh : Yuli Efriani



     Terik matahari serasa menyala diubun-ubunku,aku menyeka keringat yang mulai bercucuran semaunya dari pelepisku. Ini adalah bulan Ramadhan,bulan yang kata orang adalah bulan spesial dan sangat ditunggu-tunggu diantara duabelas bulan lainnya.tapi bagiku "Aldy Prasetyo" bulan ini tidak ada sama sekali spesialnya dari bulan-bulan yang lain,malah bulan ini adalah bulan penuh bencana karena aku harus menahan lapar dan haus setiap harinya,melakukan hal sesukaku adalah bebas untukku,karena tidak akan ada yang melarangku,baik itu ayah,ibu,ataupun saudara yang lainnya. Kenapa?karena aku bahkan sudah tidak memiliki mereka semua.
     Aku hidup sebatang kara dirumah besar peninggalan orang tuaku ini,setiap hari dipusingkan oleh urusan-urusan bisnis ayah yang ditimpakan padaku,aku baru berumur 19 tahun,tapi kenapa bebanku berat sekali seperti ini?jadi menurutku hidupku itu sudah sulit,ditambah dengan bulan puasa ini malah akan bertambah sulit.

"Pak,maaf menunggu lama,saya baru selesai sholat pak"

supirku "Yardi" tergopoh-gopoh menghampiriku.

"kamu bahkan lebih mentingin sholat kamu daripada nganter saya Di,oalah.. kalau bukan karna bapak kamu itu dulu juga supirnya keluarga ini,kamu gk bakalan aku pake"

kesalku pada Yardi,biarpun dulu dia adalah teman sekelasku ketika kami SMA,tapi tetap saja kalangan antara aku dan dia itu berbeda.

"Iya maafkan saya pak,lain kali saya akan lebih berusaha tepat waktu" jawab Yardi

"Ya sudah,ayo cepat berangkat. Nanti saya telat rapat lagi" perintahku.

 Lalu Yardi segera masuk ke dalam mobil dan mobil kami segera meluncur di jalanan ibukota itu.
 ***

     Suara azdan terdengar nyaring ditelingaku,bagaimana tidak?seluruh kantor bahkan sedang menunggu saat-saat berbuka puasa,tapi aku masih diam ditempatku sambil bermain game yang paling kusuka di gadgetku.

"Pak,tidak berbuka puasa?main game mulu" tegur sekretarisku.

Konsentrasiku tiba-tiba saja buyar saat dia menyinggung-nyinggung soal buka puasa.

"Kamu ini masuk kok nggak bilang-bilang sih?saya kan jadi kalah main gamenya ini" gerutuku

"Maaf pak,lagi main line let's gets rich ya pak?tapi saya tadi udah ngetuk pintunya tapi nggak bapak jawab"

"Sudahlah,kamu udah salah malah ngeyel lagi. Saya tidak berbuka puasa,dengar?saya tidak puasa!!" Jawabku ketus

"Jadi besok-besok kamu jangan tanya-tanya lagi saya buka puasa atau nggak,ngerti?" Bentakku.

     Sekretarisku itu pun segera keluar dari ruanganku,dasar menyebalkan sekali. Aku bergegas membereskan semua berkasku lalu aku segera beranjak pulang.

     Kupacu mobilku dengan kecepatan yang cukup tinggi,aku memang sudah sangat sering membentak para pekerja di kantorku yang tidak becus atau menyebalkan.
Tiba-tiba rasanya kerongkonganku sangat kering sekali,aku memutuskan untuk menepi di pinggir jalan dan membeli minuman.

     Setelah merasa cukup lega akupun memutuskan untuk berjalan memasuki mobil lagi

"Kak tunggu.."

aku menoleh kesumber suara,seorang gadis kecil tengah menatapku.

"Ya?ada apa?" Tanyaku

"Dompet kakak jatuh"

   tunjuknya pada dompetku yang terjatuh tepat di bawah kakiku.Aku menoleh kebawah untuk melihat,ternyata benar itu dompetku.Aku pun segera mengambilnya

"Terimakasih ya,kamu sedang apa disini?"
Tanyaku mengurungkan niatku untuk masuk kedalam mobil lalu duduk disampingnya

"Jangan bilang-bilang pada ibuku tapi ya kak?aku...kabur dari rumah sakit"

katanya dengan suara yang di pelankan,aku hampir saja terkekeh melihat tingkahnya.

"Oke..kakak nggak bakal bilang ke ibu kamu,tapi...kenapa kamu kabur dari rumah sakit?kamu sakit?" Tanyaku penasaran.

"Aku ingin ketemu dengan temanku,aku berjanji untuk berbuka puasa bareng ama dia kak,kata ibu aku sakit,tapi ibu tidak bilang aku sakit apa."

Jawabnya mengerjapkan matanya lucu sambil bercerita

"Benarkah?lalu temanmu itu dimana?tidak bilang sakit apa?" Aku bertanya penasaran.

"Dia... sudah meninggal kak,tadi sore selepas maghrib.iya,kata ibu aku pasti akan sembuh. Tapi akupernah dengar dokter berbicara pada ibuku. Kalau sebenarnya umurku sudah tidak panjang lagi"

     wajah cantik gadis itu tampak redup,dan cahaya dimatanya hilang. Aku memperhatikan gadis ini antusias,antusias akan cerita antara temannya dan penyakitnya itu. Aku juga kaget saat melihat wajah redup tetapi tenang yang dimilikinya saat dia bercerita kalau hidupnya sudah tidak lama lagi. Seakan dia sudah siap jika seandainya besok adalah hari terakhirnya.

"Meninggal?dia meninggal karena apa?lalu kenapa kamu nunggunya disini?kamu mungkin salah dengar"

"Dia juga punya penyakit yang sama denganku. Aku tidak salah,aku dengar dokter bilang aku sakit kanker otak. Aku dan temanku berjanji akan bertemu disini,tetapi dia tidak datang,berarti operasinya gagal"
ujarnya,aku terpaku menatap wajah gadis itu.

"Padahal.. kami selalu menunggu bulan ini,karena pada bulan ini apapun yang kita lakukan akan menyenangkan dan Tuhan rasanya selalu ada bersama kita lebih dekat" gadis itu tersenyum.

"Sekarang Ayumi sudah bertemu dengan Tuhan,semoga dia menyampaikan pesanku pada Tuhan,bahwa aku sangat bahagia akan datangnya bulan ini. Dan aku sangat bersemangat untuk mengumpulkan pahala pada bulan ini"
Dia tersenyum sambil menoleh padaku

"Kakak juga begitu kan?kakak juga senang akan datangnya bulan ini kan?" Dia menatapku dengan mata yang kembali bersemangat,aku ragu untuk menjawab apa,aku tidak mau api semangat di matanya itu hilang.

"A aa y yaa tentu. Kakak juga senang dengan datangnya bulan ini" aku tersenyum,sebersit rasa malu menyelinap di hatiku,gadis ini sangat berbeda denganku.

     Setelah perbincangan yang cukup panjang itu,aku memutuskan untuk mengantar gadis kecil itu ke rumah sakit. Dan mulai saat itu kami berteman. Aku berteman dengan gadis kecil yang baru kutahu namanya adalah "cony"
***

   Aku baru saja sampai di depan kamar rawat Cony,aku mengetuk pintu lalu masuk.

"Hai Cony?"
Sapaku pada Cony yang tengah asik bermain dengan boneka beruangnya.

"Hai kakkk" sahutnya ceria.

"Cony udah makan?" Tanyaku

"Cony kan lagi puasa kak,biarpun sakit Cony masih semangat buat puasa kok" katanya

     Aku merasa ditegur lewat perkataan Cony tadi,aku yang sehat walafiat disini bahkan tidak sanggup untuk berpuasa.bahkan semangat untuk bulan ini saja tidak ada.Aku pun duduk disampingnya,aku mengedarkan pandangan pada seorang lelaki paruh baya yang tengah menemani Cony sebelum aku kesana tadi.

"Maaf pak,saya supirnya non Cony" jawab laki-laki itu,mungkin dia menyadari pandanganku

"Oh" jawabku tak antusias

"Bapak itu supirnya Cony kak namanya pak Ardi,Cony deket sama sayangg banget sama Pak Ardi,karena kalau nggak ada Pak Ardi Cony nggak bakal bisa kemana-mana. Cony kan lemah,kalau nggak ada pak Ardi Cony pasti bakal telat sama pergi naik taksi jadinya. Kan ribet kak"

     Cony menerangkan status supir itu baginya dengan semangat dan antusias. Aku tiba-tiba teringat akan Yardi,orang yang memiliki status sama seperti pak Ardi ini tetapi mendapatkan perlakuan berbeda dariku.

"Kakak juga punya supir dirumah,supir kakak baik juga sama sholeh" aku mengingat Yardi yang selalu menuruti dan tidak pernah mengkhianatiku itu.

"Kakak sayang dia?" Tanyanya

Aku berpikir sejenak

"Iya,karna kalau nggak ada dia kakak nggak bakal bisa kemana mana kyk Cony ke Pak Ardi" sahutku sambil tersenyum.

Tiba-tiba seorang perempuan yang lumayan gemuk masuk ke dalam kamar Cony.

"Non maaf,bibi salah beli makanan buat non. Gimana ini non?maafin bibi ya?" Wajah perempuan itu tampak merasa bersalah

Cony menatap perempuan itu.

"Tidak apa-apa bi,Cony juga suka itu kok. Bibi kan udah capek-capek belinya,sini Cony makan aja" katanya tulus.

     Berasa ditampar aku hampir tak percaya,kalau saja itu aku. Aku pasti akan memaki dan menyuruh sekretarisku untuk membeli ulang makananku itu,tapi Cony tidak.

     Saat itulah waktu terasa berhenti dan mengajakku untuk bercermin lewat anak kecil ini. Lewat anak kecil yang bahkan tidak bisa untuk punya banyak cita-cita lagi karena penyakitnya. Tetapi dia masih kuat untuk berpuasa dan menatap Tuhan serta mematuhi apa kewajibannya,sementara aku ini apa? Cony yang bahkan begitu menghargai orang-orang di sekitarnya dan tidak pernah membeda-bedakan mereka,sementara aku bagaimana?
***

     Dan mulai hari ini aku memutuskan untuk berpuasa dan sedikit demi sedikit merubah sikap kasarku pada mereka.
Siang ini aku datang kembali ke kamar rawat Cony tapi ketika aku masuk Cony tampak murung dan menangis.

"Kenapa murung?" Tanyaku

Cony menatapku dengan mata indahnya yang sembab

"Boneka beruang Cony hilang kak" dia menangis. Aku segera memeluk dan menenangkannya

"Ya udah,nanti kakak beliin yang baru ya?biar Cony nggak sedih lagi,gimana kalau kita main Line Get's Rich dulu?kakak juga punya permainan lainnya"

Cony tampak ceria lagi,aku pun membuka gadgedku dan mengajaknya bermain game favoritku itu,setelah bermain game itu Cony mencoba bermain line tebak gambar dan dia merasa senang karena bisa menjawab dengan benar.

     Sepulangnya dari rumah sakit aku bergegas ke toko boneka mencari boneka beruang,tapi sudah hampir sejam berputar-putar tidak ada boneka beruang ditoko itu,aku jadi berpikir apakah beruang sudah punah sekarang?sehingga tidak ada yang membuat boneka beruang lagi?akhirnya aku putuskan untuk pulang.

"Ting nong "
notifikasi di handphoneku berbunyi,aku segera membukanya,ternyata ada pemberitahuan dari line. Setelah kubuka ada event free call,dan setelah mencobanya ada penawaran boneka line.

Aku baru teringat bahwa

"bukankah boneka line itu bentuknya beruang dan kelinci?aku bisa mencoba event ini untuk mendapatkan boneka beruang coklat itu" innerku kesenangan,seringai bahagia pun muncul di wajahku.

     Akhirnya aku berakhir dengan menelpon seluruh teman-temanku dengan line free call

***

     Aku terbangun dengan kondisi kacau,aku terjatuh dari tempat tidur dan handphoneku lowbat.
Aku bangkit dengan sempoyongan sambil membuka beberapa pemberitahuan dari line

"Sayang sekali,kali ini kamu belum mendapatkan hadiah..."

"SIALLLLLL!!!!"

teriakku kesal sambil membanting handphone itu.tiba-tiba ada panggilan masuk. Aku buru-buru mengambilnya lagi manatahu line berubah pikiran haha
Tapi ternyata setelah kulihat namanya,itu adalah ibunya Cony

"Halo tante?ada apa ya?" Tanyaku

"Aldy,kamu cepet kesini ya?Cony mau ketemu kamu,katanya dia mau minta boneka beruang yang kamu janjikan soalnya dia mau dioperasi sebentar lagi" jawab ibu Cony

Aku mendadak panik,dan tanpa pikir panjang langsung menuju kesana.

     Aku singgah ke toko boneka yang semalam lagi,tapi tetap tidak ada boneka beruang disana.otakku ku pun berputar keras memikirkan beruang apa yang akan aku berikan pada Cony pengganti boneka beruang itu. Tiba-tiba....
"Ting nong..."
***

     Aku sudah sampi di depan kamar Cony,segera aku masuk dan menyapanya riang seperti biasa. Cony menoleh dan mencari-cari dibelakang punggungku. Apakah aku membawa boneka beruang apa tidak.

"Tadaaaaa" aku mengeluarkan handphoneku. Cony tampak bingung

"Boneka beruangnya mana kak? Tanyanya

Aku segera mengusap layar hp ku dan memberikannya pada Cony.

"Lihat Cony,ini beruang line namanya Brown" kataku. Cony awalnya tampak bingung sambil memperhatikan stiker Line Brown yang ada di layar hpku

"Dia Brown?" Tanyanya mulai memberi reaksi tertarik sambil mengusap-usap stiker line brown tersebut

"Iya,namanya Brown. Dia beruang dari Line. Beruang palinggggg cakep plus kalem" kataku bersemangat

"Line itu dimana kak?" Tanyanya polos,aku hampir saja tertawa 

"Pokoknya Itu tempat tinggalnya Dennis,Yuka,Catrina,ama Hernandez juga" kataku menyebut para karakter di line get's rich itu. Kuliat mata Cony melebar penuh rasa penasaran.

"Beneran kak?"

"Iya bener,Brown juga punya teman namanya moon,selain itu dia juga punya pacar namanya Cony" lanjutku.

"Wah nama pacar Brown mirip denganku" katanya antusias.

     Aahh.. rasanya lega untung ada Line ini,untung ada Brown si beruang terakhir yang menyelamatkanku.akhirnya Cony pun mau dioperasi. Beruntung operasinya berjalan dengan lancar dan keadaan Cony berangsur-angsur membaik.

Setelah itu setiap hari selama bulan Ramadhan ini,aku dan Cony bercerita tentang Brown dan para penduduk Line City. Aku jadi tahu kenapa Tuhan memberikan cobaan yang besar untuk Cony,karena Cony adalah anak terkuat yang pernah kutemui dengan kerendahan dan kemuliaan hatinya,Tuhan memberinya hidup sekali lagi.


***END***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar