Jumat, 18 Maret 2016

Senja di Ufuk Timur


Senja di Ufuk Timur
Oleh : Yuli Efriani




Aku menatap ke pematang sawah yang terhampar luas di sepanjang jalan berkelok-kelok itu, sambil menikmati alunan melodi yang mengalun dari radio tua milik supir angkot ini. Walaupun radio itu bahkan terdengar hampir seperti ringkihan namun tetap tidak bisa mengalahkan nikmatnya lagu yang sedang diputar disana, penyanyi lawas yang sangat terkenal dimasanya itu dengan lagu andalannya "Judi" .
"Adek guru baru itu ya?" Tanya supir angkot itu padaku dengan logat yang masih sangat kental.
"Iya pak, kok bapak bisa tahu?" Aku bertanya balik sambil mengintip wajah supir angkot itu dari kaca spion.
"Ya tahu lah dek, berita soal kedatangan guru baru itu sudah menyebar ke seluruh kampung. Anak-anak yang masih kecil-kecil itu semangatnya bukan main" jawab bapak itu sambil memutar kemudinya melewati tikungan di ujung jalan.
"Benar mereka merasa senang pak? Saya pun senang sekali bisa datang kesini" ujarku sambil tersenyum.
"Iya dek, senang sekali mereka mendapat guru baru. Makhlumlah kami belum pernah kedatangan orang-orang pintar macam adek ini" katanya
Aku hanya tertawa ringan mendengar penuturan yang sangat polos itu.
"Seperti apa orang-orang di desa ini pak? Apalagi anak-anaknya?" Tanyaku kemudian.
Tapi supir angkot itu tidak menjawab, dia hanya seperti terjebak di dalam pikirannya sendiri.
"Kalau itu saya tidak tahu dek, saya kan cuma supir angkot yang numpang lewat saja" jawabnya. Aku mengangguk pertanda mengerti.
Aku palingkan lagi wajahku menatap pematang sawah di kiri kanan jalan. Suasana di kampung ini memanglah sangat sejuk dan asri, aku seorang guru yang baru saja menerima tawaran kerja untuk mengajar di desa terpencil ini.
"kampung Senja" namanya, entah kenapa dinamakan kampung senja. Aku pun baru sekali ini mendengar soal nama kampung ini. Perjalanan dari kota memakan waktu sekitar 5 jam lamanya. Ditambah lagi dengan jalan yang berlubang dan rusak parah.
"Sudah sampai dek" supir angkot itu memecah khayalanku.
Aku segera turun dari angkotnya, dan tidak berapa jauh dari tempat pemberhentian angkot itu aku melihat dua orang lelaki melambaikan tangannya kepadaku, dan aku yakin bahwa itu adalah kepala kampung di sini.
Aku segera berjalan mendekati mereka
"Bu Annisa ya?guru baru itu kan?" Tanya salah seorang diantara mereka
"Iya pak, Saya Annisa Anggiani guru baru yang akan mengajar disini" jawabku sambil tersenyum.
"Oh iya iya. Selamat datang di kampung senja bu. Saya Hartono. Kepala kampung disini." Dia mengulurkan tangannya dan aku pun menjabatnya .
"Senang bertemu dengan bapak" kataku
"Saya juga senang sekali bertemu ibu. Apalagi seorang guru baru pula. Oh iya perkenalkan ini anak saya namanya Rudi" pak Hartono memperkenalkan pria disampingnya itu. Aku pun kemudian bersalaman dengan anak kepala kampung itu.
"Mari kami antar bu" katanya kemudian sambil mengangkat koperku. Kami kemudian berjalan menuju rumah pak Hartono.
Sesampainya disana, sudah banyak warga kampung yang berkumpul untuk melihatku. Mereka berebutan seperti akan menonton pertandingan bola atau pertunjukan wayang saja. Aku hanya tersenyum dan menyapa setiap orang yang kutemui sepanjang perjalananku tadi.
"Selamat datang di kampung kami dek Annisa" perempuan yang bisa kutebak adalah istri pak Hartono ini kemudian menjabat tanganku.
Aku diantar pada sebuah kamar yang tidak terlalu besar atau bahkan kecil menurutku. Di kamar itu hanya ada satu tempat tidur dan satu lemari. Rumah pak Hartono pun tidaklah besar untuk ukuran seorang kepala kampung. Aku yakin mereka pasti sudah sangat berusaha keras untuk menyambutku sebagus mungkin di kampung ini.
Tapi satu hal yang aku pertanyakan dari desa ini, dari sejauh perjalananku menuju ke rumah pak Hartono ini, tidak ada satu orang pun warga desa yang terseyum kepadaku selain pak Hartono dan istrinya serta anak mereka. Tapi aku juga tidak tahu kenapa, bukan karena tidak suka, tetapi aku merasakan ada tatapan penuh harap dari setiap pasang mata yang kutemui.
Aku berbaring di ranjang yang sangat kecil itu,namun tanpa kusadari mataku sudah terpejam beberapa menit kemudian membawaku ke alam mimpi.
***
Aku baru saja selesai sholat subuh, ku buka jendela kamarku dan kurasakan sejuknya hawa pedesaan langsung menerpa wajahku. Keadaan desa di subuh yang tenang seperti ini terlihat sangat damai dan menentramkan jiwa. Aku memandang kesekeliling sambil memperhatikan beberapa petani yang mulai turun ke sawah mereka diiringi dengan beberapa anak kecil yang terlihat sibuk berlari-lari mengiring kerbau ke sawah.
Hari ini adalah hari pertama aku mengajar di kampung ini. Kuakui aku sedikit gugup karena aku penasaran seperti apa respon mereka akan kedatangan seorang yang baru dari kota sepertiku?
"Bu Annisa sudah bangun? Nanti jam delapan kita antar bu Annisa ke balai desa tempat mengajar ya?" Terdengar suara istri pak Hartono dari luar
"Sudah bu, saya sudah bangun. Iya saya akan segera bersiap-siap" kataku kemudian segera beranjak dari tempatku tadi dan menuju kamar mandi.
Aku segera mandi dan bersiap-siap, pukul delapan pagi aku diantar bu Hartono ke balai desa. Sudah banyak anak-anak yang berdatangan disana, baik yang masih setinggi pinggangku sampai setinggi bahuku.
Aku duduk diantara mereka dan kulemparkan senyum perkenalan kepada semua yang ada disana.
"Selamat pagi adik-adik, senang sekali bertemu dengan kalian. Saya Annisa Anggiani, guru baru yang akan mengajar adik-adik semua" kataku membuka perkenalan hari ini. Kuperhatikan mereka satu persatu, ada yang menyimak dengan sungguh-sungguh dan ada pula yang hanya sekedar manggut-manggut antara mengerti atau tidak. Lalu mataku tertuju pada seorang anak laki-laki di sudut ruangan sana. Matanya tidak memancarkan ekspresi apapun, matanya tidak bercahaya seperti mata anak-anak lainnya. Wajahnya datar tanpa ekspresi dan bajunya sedikit kumal. Rambutnya sudah sedikit gondrong dan pirang akibat terlalu sering bermandikan matahari mungkin.
"Kamu yang diujung sana, siapa namamu?" Aku bertanya sambil menunjuk dia.
Spontan semua anak-anak diruangan itu menoleh kepadanya dan memutar kepala mereka untuk memandangnya.
Anak laki-laki itu mengalihkan pandangan kosongnya lalu menatapku.
"Shiddiq bu" jawabnya.
"Shiddiq kenapa kamu melamun terus dari tadi?" Tanyaku lagi
Namun shiddiq hanya diam, dia tidak menatapku lagi tapi mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Kulihat anak-anak di sekitarku itu mulai ribut dan berbisik-bisik
"Ada apa? Kenapa kalian ribut?" Tanyaku pada mereka.
Mereka semua kemudian diam lalu sesorang diantara mereka angkat bicara.
"Dia itu aneh bu, jarang sekali bicara, suka menyendiri dan emosinya gampang sekali naik" katanya.
Aku hanya diam tanpa merespon perkataan anak tadi. Aku memandang kearah Shiddiq lagi. Anak itu hanya diam dengan pandangan kosongnya.
"Dimana ayah dan ibumu Shiddiq?" Tanyaku.
Air muka Shiddiq berubah, ada hal yang aneh dari ekspresi wajah yang baru sekali itu kulihat.
"Berhenti bertanya padaku!! Aku tidak mau menjawab!!" Dia kemudian berlari meninggalkan balai desa tadi.
"Kemana orang tua Shiddiq?" Tanyaku pada anak-anak yang lain
"Sudah meninggal bu" Jawab mereka.
Hatiku bergetar saat mendengar hal itu, aku merasa bersalah telah menanyakan pertanyaan itu pada anak yang kutebak baru berumur sembilan atau delapan tahun itu. Pastilah cobaan hidupnya sangat berat sampai dia menjadi seperti itu.
Selesai mengajar aku memutuskan untuk bertemu dengan pak Hartono, aku ingin menanyakan perihal Shiddiq dan dimana rumahnya seraya aku ingin berkunjung kesana."Assalamualaikum pak, maaf saya mengganggu" aku mengetuk pintu ruangan kerja pak Hartono. Beliau menghentikan aktifitas menulisnya sejenak lalu tersenyum dan mempersilahkan aku duduk.
"Waalaikumsalam, ada apa ya bu?" Tanya pak Hartono.
"Begini pak, saya ingin menanyakan soal Shiddiq. Bapak kenal anak itu pak?" Jawabku.
"Oh iya iya saya kenal, Shiddiq anaknya pak Mujirin saya kenal bu"
"Orang tuanya sudah meninggal ya pak?" Aku bertanya lagi
"Iya benar bu, sudah meninggal sekitar tiga tahun yang lalu karena kecelakaan.Shiddiq baru saja berumur lima tahun disitu dan seorang adik laki-lakinya yang cacat dua tahun dibawahnya"
"Dia punya adik?" Tanyaku tak percaya
"Iya bu, adiknya menderita penyakit yang membuat badannya tidak bisa berkembang seperti anak lainnya. Makin lama badannya makin kecil dan kurus. Mungkin gizi buruk" Jawab pak Hartono
"Gizi buruk? Lalu kenapa tidak diobati pak?"
"Kami juga ingin mengobatinya bu, kami sudah beberapa kali meminta dokter atau sekedar mantri untuk datang ke kampung ini. Tapi sampai sekarang belum ada respon apa-apa" Pak Hartono tampak menarik nafasnya berat menjawab pertanyaanku itu.
"Semenjak kejadian orang tuanya meninggal ditambah lagi adiknya yang seperti itu. Shiddiq menjadi anak yang sedikit berbeda dari anak-anak seumurnya, dia menjadi pendiam dan pemurung serta gampang sekali marah sehingga tidak ada yang mau berteman dengannya" Lanjut pak Hartono.
Aku diam mendengar penuturannya barusan. Aku benar-benar kasihan pada Shiddiq, bagaimana mungkin ada anak diumur yang sekecil itu harus menerima beban hidup yang sangat berat. Aku kemudian meminta alamat Shiddiq dan rencananya besok siang aku akan berkunjung kesana.

***
Siang ini setelah menelfon ke kota dan aku memohon-mohon agar segera dikirim tenaga medis ke kampung Senja ini, aku berangkat menuju rumah Shiddiq. Mereka orang-orang medis disana ketika kutelfon berkilah dengan sangat lihai. Apalah kerja dan arti pengabdian mereka kepada masyarakat jika mereka belum berhasil mengabdi pada seluruh masyarakat secara merata seperti ini?
Aku mengoceh kesal dalam hatiku karena kelakuan buruk mereka itu.
Aku sampai pada sebuah rumah kecil yang benar-benar jauh dari kata layak pakai, rumah itu terbuat dari kayu yang sudah hampir reot.aku mengetuk pintu rumah itu.
"Assalamualaikum" kataku. Kudengar derap langkah mendekati pintu dan kemudian Shiddiq muncul disana.
"Waalaikumsalam" jawabnya.
"Boleh ibu masuk?" Tanyaku
Shiddiq hanya diam dan kemudian beranjak dari depan pintu dan mengangguk. Aku masuk kedalam rumah beralaskan tanah itu. Keadaan rumah itu benar-benar memprihantikan. Aku yakin merawat rumah dan seorang adik bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan seorang anak yang baru berumur delapan tahun seperti Shiddiq ini.
"Shiddiq sedang apa?" Tanyaku
"Memandikan arif" katanya singkat.
"Adiknya Shiddiq ya? Boleh ibu lihat dia?" Tanyaku pelan-pelan.
Shiddiq kemudian berjalan ke sebuah bilik kecil dan di atas dipan sana terbaring seorang anak laki-laki tampan dengan badan yang sangat kurus. Dia mirip dengan Shiddiq, tetapi Arif lebih putih. Aku mendekat dan duduk disamping Arif, mata itu seakan menyadari kehadiranku tetapi dia hanya bisa menatapku tanpa ekspresi.
Hatiku renyuh melihat keadaan ini, tanpa kesadari aku menitikkan air mata.
"Kenapa ibu menangis?" Tanya Shiddiq
Aku menatapnya
"Tidak ada, ibu hanya bangga karena bisa bertemu dengan anak-anak hebat seperti kalian" sahutku
"Terimakasih" kata Shiddiq singkat, wajahnya tertunduk seperti menahan tangis.
"Sebelumnya tidak pernah ada yang perduli kepada kami sampai mengunjungi rumah kami, terimakasih" sambungnya.
Aku tersentuh mendengar penuturan anak sepolos itu, tanpa sadar aku memeluknya dan pecahlah tangis kami berdua. Aku jadi teringat akan adik laki-lakiku dirumah dan juga kedua orang tuaku. Jika aku jadi Shiddiq, masihkah aku akan tetap bertahan hidup dan kuat sampai sekarang ini tanpa orang tua dan sebatang kara? Sungguh Allah sangat luar biasa, dialah yang merencanakan semuanya dan merencanakan semuanya dan kita bahkan tidak tahu apa yang ada dibelakang maupun didepan kita.
***
Pagi ini aku berencana untuk mengunjungi rumah Shiddiq lagi, aku sudah menelfon ke kota beberapa kali memaksa mereka untuk tetap mengirimkan pasukan tenaga medis ke kampung ini, dan mereka berjanji paling lambat nanti siang sudah akan ada yang tiba disini. Aku ingin sekali melihat kesembuhan adiknya Shiddiq agar mereka juga bisa mendapatkan hak mereka sebagai anak yang seharusnya ditanggung oleh pemerintah.
Aku mengetuk pelan pintu rumah Shiddiq tapi tidak ada jawaban dari dalam, aku ketuk beberapa kali lagi namun masih sama tidak ada jawaban. Akhirnya kuputuskan untuk masuk ke dalam rumahnya namun tidak ada siapa-siapa disana. Aku mengecek ke dapur dan halaman belakang, tapi tetap tidak ada siapa-siapa.
"Shiddiq kemana ya?" Tanyaku dalam hati. Akhirnya kuputuskan untuk pulang dan memilih untuk menunggu tenaga medis dari kota saja, namun belum sampai beberapa langkah aku dari rumahnya Shiddiq, bu Hartono berlari-lari dengan tergesa-gesa
"Bu Annisa gawat bu!!" Katanya
"Gawat apanya bu?" Jawabku mulai panik
"Shiddiq bu,dia tenggelam di sungai"
Darahku berdesir kencang saat mendengar perkataan bu Hartono barusan.
"Tenggelam bu? Dimana sungainya?ayo kita kesana" kataku panik dan mulai berhamburan berlari menuju sungai diikuti dengan bu Hartono dibelakangku.
Banyak sekali orang yang berkumpul di sekitar sungai itu, aku berjalan menerobos kerumunan itu dan betapa terkejutnya aku saat melihat tubuh kecil yang terbaring kaku disana. Dia Shiddiq dengan wajah pucat dan bibir membiru.
"Ya Allah Shiddiq!!" Aku berteriak keras sambil mulai menangis dan memeluk tubuh yang sudah kaku itu.
"Shiddiq kamu kenapa nak?!" Aku meraung sambil terus memeluk tubuhnya, namun tidak ada respon apa-apa dari tubuh itu.
Aku melihat pak Hartono datang dengan beberapa warga lainnya. Mereka terlihat membawa sesuatu.
"Apa itu pak?" Tanyaku pada pak Hartono
"Adiknya Shiddiq bu, Arif pun meninggal karena tenggelam" kata pak Hartono dengan nada sedih.
Aku menyusul tubuh dari kantongan mayat itu, dia benar adalah Arif. Tubuhnya yang kaku ketika dia masih hidup dulu perlahan mulai normal namun sudah sangat dingin pertanda dia sudah kembali kepada sang pencipta.
Aku merasa kepalaku pusing dan berputar untuk beberapa saat, lalu kemudian semua gelap dan aku tidak ingat apa-apa. Hanya saja aku melihat Shiddiq dan Arif, mereka tersenyum padaku lalu melambaikan tangannya.
***
Aku terbangun saat bau minyak wangi menusuk indra penciumanku. Aku melihat sekeliling dan mataku menatap bu Hartono.
"Saya dimana bu?" Tanyaku
"Tadi kamu pingsan, syukurlah sekarang sudah siuman" Jawab bu Hartono
"Bagaimana dengan Shidiq dan Arif bu?" Tanyaku sambil berusaha bangun
"Mereka sudah dimandikan dan dikafani, sebentar lagi akan disholatkan dan dikuburkan. Bu Annisa ikut ke pemakamannya?" Tanya bu Hartono.
Aku hanya mengangguk mengiyakan.
Selesai menyuci muka, aku bersama dengan bu Hartono berjalan menuju makam. Kudengar bu Hartono bercerita tentang kronologi tenggelamnya kakak beradik itu.
Malam itu Shiddiq membawa adiknya berobat ke kampung sebelah. Mereka harus melewati sungai untuk sampai di kampung sebelah, sialnya sungai itu terlalu deras airnya untuk dilewati oleh anak umur delapan tahun dengan beban tidak hanya dirinya sendiri, tetapi seorang adik berumur enam tahun pula.
Saat itulah mungkin Shiddiq dan adiknya terbawa arus sungai sampai tenggelam.
Aku sangat miris mendengar penjelasan itu, aku juga merasa sangat kesal pada bantuan medis yang tak kunjung datang itu. Andai saja bantuan itu datang lebih cepat, mungkin Shiddiq kecil tidak harus melewati sungai itu dan mungkin dia masih akan tetap berkumpul bersama kami sekarang.
Namun nasi sudah menjadi bubur, apa yang kita rencanakan tidak semuanya sejalan dengan rencana Allah.
Aku ikut mengiring Shiddiq dan Arif ke pembaringan terakhir mereka. Air mataku tumpah di makam itu, aku sedih karena aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk  Air mataku tumpah di makam itu, aku sedih karena aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk mereka yang sangat membutuhkan.


Seminggu setelah kejadian meninggalnya Shiddiq dan Arif seorang dokter datang dari kota dan tinggal di kampung Senja. Satu bulan kemudian, keadaan kesehatan di kampung senja mulai membaik. Aku sudah mulai bisa lega melihat perbaikan kesehatan mereka. Setidaknya Shiddiq dan Arif masihlah menjadi pahlawan desa ini. Betapa beruntungnya aku bertemu dengan para senja di ufuk timur itu.


Beruang Terakhir


Beruang Terakhir

Oleh : Yuli Efriani



     Terik matahari serasa menyala diubun-ubunku,aku menyeka keringat yang mulai bercucuran semaunya dari pelepisku. Ini adalah bulan Ramadhan,bulan yang kata orang adalah bulan spesial dan sangat ditunggu-tunggu diantara duabelas bulan lainnya.tapi bagiku "Aldy Prasetyo" bulan ini tidak ada sama sekali spesialnya dari bulan-bulan yang lain,malah bulan ini adalah bulan penuh bencana karena aku harus menahan lapar dan haus setiap harinya,melakukan hal sesukaku adalah bebas untukku,karena tidak akan ada yang melarangku,baik itu ayah,ibu,ataupun saudara yang lainnya. Kenapa?karena aku bahkan sudah tidak memiliki mereka semua.
     Aku hidup sebatang kara dirumah besar peninggalan orang tuaku ini,setiap hari dipusingkan oleh urusan-urusan bisnis ayah yang ditimpakan padaku,aku baru berumur 19 tahun,tapi kenapa bebanku berat sekali seperti ini?jadi menurutku hidupku itu sudah sulit,ditambah dengan bulan puasa ini malah akan bertambah sulit.

"Pak,maaf menunggu lama,saya baru selesai sholat pak"

supirku "Yardi" tergopoh-gopoh menghampiriku.

"kamu bahkan lebih mentingin sholat kamu daripada nganter saya Di,oalah.. kalau bukan karna bapak kamu itu dulu juga supirnya keluarga ini,kamu gk bakalan aku pake"

kesalku pada Yardi,biarpun dulu dia adalah teman sekelasku ketika kami SMA,tapi tetap saja kalangan antara aku dan dia itu berbeda.

"Iya maafkan saya pak,lain kali saya akan lebih berusaha tepat waktu" jawab Yardi

"Ya sudah,ayo cepat berangkat. Nanti saya telat rapat lagi" perintahku.

 Lalu Yardi segera masuk ke dalam mobil dan mobil kami segera meluncur di jalanan ibukota itu.
 ***

     Suara azdan terdengar nyaring ditelingaku,bagaimana tidak?seluruh kantor bahkan sedang menunggu saat-saat berbuka puasa,tapi aku masih diam ditempatku sambil bermain game yang paling kusuka di gadgetku.

"Pak,tidak berbuka puasa?main game mulu" tegur sekretarisku.

Konsentrasiku tiba-tiba saja buyar saat dia menyinggung-nyinggung soal buka puasa.

"Kamu ini masuk kok nggak bilang-bilang sih?saya kan jadi kalah main gamenya ini" gerutuku

"Maaf pak,lagi main line let's gets rich ya pak?tapi saya tadi udah ngetuk pintunya tapi nggak bapak jawab"

"Sudahlah,kamu udah salah malah ngeyel lagi. Saya tidak berbuka puasa,dengar?saya tidak puasa!!" Jawabku ketus

"Jadi besok-besok kamu jangan tanya-tanya lagi saya buka puasa atau nggak,ngerti?" Bentakku.

     Sekretarisku itu pun segera keluar dari ruanganku,dasar menyebalkan sekali. Aku bergegas membereskan semua berkasku lalu aku segera beranjak pulang.

     Kupacu mobilku dengan kecepatan yang cukup tinggi,aku memang sudah sangat sering membentak para pekerja di kantorku yang tidak becus atau menyebalkan.
Tiba-tiba rasanya kerongkonganku sangat kering sekali,aku memutuskan untuk menepi di pinggir jalan dan membeli minuman.

     Setelah merasa cukup lega akupun memutuskan untuk berjalan memasuki mobil lagi

"Kak tunggu.."

aku menoleh kesumber suara,seorang gadis kecil tengah menatapku.

"Ya?ada apa?" Tanyaku

"Dompet kakak jatuh"

   tunjuknya pada dompetku yang terjatuh tepat di bawah kakiku.Aku menoleh kebawah untuk melihat,ternyata benar itu dompetku.Aku pun segera mengambilnya

"Terimakasih ya,kamu sedang apa disini?"
Tanyaku mengurungkan niatku untuk masuk kedalam mobil lalu duduk disampingnya

"Jangan bilang-bilang pada ibuku tapi ya kak?aku...kabur dari rumah sakit"

katanya dengan suara yang di pelankan,aku hampir saja terkekeh melihat tingkahnya.

"Oke..kakak nggak bakal bilang ke ibu kamu,tapi...kenapa kamu kabur dari rumah sakit?kamu sakit?" Tanyaku penasaran.

"Aku ingin ketemu dengan temanku,aku berjanji untuk berbuka puasa bareng ama dia kak,kata ibu aku sakit,tapi ibu tidak bilang aku sakit apa."

Jawabnya mengerjapkan matanya lucu sambil bercerita

"Benarkah?lalu temanmu itu dimana?tidak bilang sakit apa?" Aku bertanya penasaran.

"Dia... sudah meninggal kak,tadi sore selepas maghrib.iya,kata ibu aku pasti akan sembuh. Tapi akupernah dengar dokter berbicara pada ibuku. Kalau sebenarnya umurku sudah tidak panjang lagi"

     wajah cantik gadis itu tampak redup,dan cahaya dimatanya hilang. Aku memperhatikan gadis ini antusias,antusias akan cerita antara temannya dan penyakitnya itu. Aku juga kaget saat melihat wajah redup tetapi tenang yang dimilikinya saat dia bercerita kalau hidupnya sudah tidak lama lagi. Seakan dia sudah siap jika seandainya besok adalah hari terakhirnya.

"Meninggal?dia meninggal karena apa?lalu kenapa kamu nunggunya disini?kamu mungkin salah dengar"

"Dia juga punya penyakit yang sama denganku. Aku tidak salah,aku dengar dokter bilang aku sakit kanker otak. Aku dan temanku berjanji akan bertemu disini,tetapi dia tidak datang,berarti operasinya gagal"
ujarnya,aku terpaku menatap wajah gadis itu.

"Padahal.. kami selalu menunggu bulan ini,karena pada bulan ini apapun yang kita lakukan akan menyenangkan dan Tuhan rasanya selalu ada bersama kita lebih dekat" gadis itu tersenyum.

"Sekarang Ayumi sudah bertemu dengan Tuhan,semoga dia menyampaikan pesanku pada Tuhan,bahwa aku sangat bahagia akan datangnya bulan ini. Dan aku sangat bersemangat untuk mengumpulkan pahala pada bulan ini"
Dia tersenyum sambil menoleh padaku

"Kakak juga begitu kan?kakak juga senang akan datangnya bulan ini kan?" Dia menatapku dengan mata yang kembali bersemangat,aku ragu untuk menjawab apa,aku tidak mau api semangat di matanya itu hilang.

"A aa y yaa tentu. Kakak juga senang dengan datangnya bulan ini" aku tersenyum,sebersit rasa malu menyelinap di hatiku,gadis ini sangat berbeda denganku.

     Setelah perbincangan yang cukup panjang itu,aku memutuskan untuk mengantar gadis kecil itu ke rumah sakit. Dan mulai saat itu kami berteman. Aku berteman dengan gadis kecil yang baru kutahu namanya adalah "cony"
***

   Aku baru saja sampai di depan kamar rawat Cony,aku mengetuk pintu lalu masuk.

"Hai Cony?"
Sapaku pada Cony yang tengah asik bermain dengan boneka beruangnya.

"Hai kakkk" sahutnya ceria.

"Cony udah makan?" Tanyaku

"Cony kan lagi puasa kak,biarpun sakit Cony masih semangat buat puasa kok" katanya

     Aku merasa ditegur lewat perkataan Cony tadi,aku yang sehat walafiat disini bahkan tidak sanggup untuk berpuasa.bahkan semangat untuk bulan ini saja tidak ada.Aku pun duduk disampingnya,aku mengedarkan pandangan pada seorang lelaki paruh baya yang tengah menemani Cony sebelum aku kesana tadi.

"Maaf pak,saya supirnya non Cony" jawab laki-laki itu,mungkin dia menyadari pandanganku

"Oh" jawabku tak antusias

"Bapak itu supirnya Cony kak namanya pak Ardi,Cony deket sama sayangg banget sama Pak Ardi,karena kalau nggak ada Pak Ardi Cony nggak bakal bisa kemana-mana. Cony kan lemah,kalau nggak ada pak Ardi Cony pasti bakal telat sama pergi naik taksi jadinya. Kan ribet kak"

     Cony menerangkan status supir itu baginya dengan semangat dan antusias. Aku tiba-tiba teringat akan Yardi,orang yang memiliki status sama seperti pak Ardi ini tetapi mendapatkan perlakuan berbeda dariku.

"Kakak juga punya supir dirumah,supir kakak baik juga sama sholeh" aku mengingat Yardi yang selalu menuruti dan tidak pernah mengkhianatiku itu.

"Kakak sayang dia?" Tanyanya

Aku berpikir sejenak

"Iya,karna kalau nggak ada dia kakak nggak bakal bisa kemana mana kyk Cony ke Pak Ardi" sahutku sambil tersenyum.

Tiba-tiba seorang perempuan yang lumayan gemuk masuk ke dalam kamar Cony.

"Non maaf,bibi salah beli makanan buat non. Gimana ini non?maafin bibi ya?" Wajah perempuan itu tampak merasa bersalah

Cony menatap perempuan itu.

"Tidak apa-apa bi,Cony juga suka itu kok. Bibi kan udah capek-capek belinya,sini Cony makan aja" katanya tulus.

     Berasa ditampar aku hampir tak percaya,kalau saja itu aku. Aku pasti akan memaki dan menyuruh sekretarisku untuk membeli ulang makananku itu,tapi Cony tidak.

     Saat itulah waktu terasa berhenti dan mengajakku untuk bercermin lewat anak kecil ini. Lewat anak kecil yang bahkan tidak bisa untuk punya banyak cita-cita lagi karena penyakitnya. Tetapi dia masih kuat untuk berpuasa dan menatap Tuhan serta mematuhi apa kewajibannya,sementara aku ini apa? Cony yang bahkan begitu menghargai orang-orang di sekitarnya dan tidak pernah membeda-bedakan mereka,sementara aku bagaimana?
***

     Dan mulai hari ini aku memutuskan untuk berpuasa dan sedikit demi sedikit merubah sikap kasarku pada mereka.
Siang ini aku datang kembali ke kamar rawat Cony tapi ketika aku masuk Cony tampak murung dan menangis.

"Kenapa murung?" Tanyaku

Cony menatapku dengan mata indahnya yang sembab

"Boneka beruang Cony hilang kak" dia menangis. Aku segera memeluk dan menenangkannya

"Ya udah,nanti kakak beliin yang baru ya?biar Cony nggak sedih lagi,gimana kalau kita main Line Get's Rich dulu?kakak juga punya permainan lainnya"

Cony tampak ceria lagi,aku pun membuka gadgedku dan mengajaknya bermain game favoritku itu,setelah bermain game itu Cony mencoba bermain line tebak gambar dan dia merasa senang karena bisa menjawab dengan benar.

     Sepulangnya dari rumah sakit aku bergegas ke toko boneka mencari boneka beruang,tapi sudah hampir sejam berputar-putar tidak ada boneka beruang ditoko itu,aku jadi berpikir apakah beruang sudah punah sekarang?sehingga tidak ada yang membuat boneka beruang lagi?akhirnya aku putuskan untuk pulang.

"Ting nong "
notifikasi di handphoneku berbunyi,aku segera membukanya,ternyata ada pemberitahuan dari line. Setelah kubuka ada event free call,dan setelah mencobanya ada penawaran boneka line.

Aku baru teringat bahwa

"bukankah boneka line itu bentuknya beruang dan kelinci?aku bisa mencoba event ini untuk mendapatkan boneka beruang coklat itu" innerku kesenangan,seringai bahagia pun muncul di wajahku.

     Akhirnya aku berakhir dengan menelpon seluruh teman-temanku dengan line free call

***

     Aku terbangun dengan kondisi kacau,aku terjatuh dari tempat tidur dan handphoneku lowbat.
Aku bangkit dengan sempoyongan sambil membuka beberapa pemberitahuan dari line

"Sayang sekali,kali ini kamu belum mendapatkan hadiah..."

"SIALLLLLL!!!!"

teriakku kesal sambil membanting handphone itu.tiba-tiba ada panggilan masuk. Aku buru-buru mengambilnya lagi manatahu line berubah pikiran haha
Tapi ternyata setelah kulihat namanya,itu adalah ibunya Cony

"Halo tante?ada apa ya?" Tanyaku

"Aldy,kamu cepet kesini ya?Cony mau ketemu kamu,katanya dia mau minta boneka beruang yang kamu janjikan soalnya dia mau dioperasi sebentar lagi" jawab ibu Cony

Aku mendadak panik,dan tanpa pikir panjang langsung menuju kesana.

     Aku singgah ke toko boneka yang semalam lagi,tapi tetap tidak ada boneka beruang disana.otakku ku pun berputar keras memikirkan beruang apa yang akan aku berikan pada Cony pengganti boneka beruang itu. Tiba-tiba....
"Ting nong..."
***

     Aku sudah sampi di depan kamar Cony,segera aku masuk dan menyapanya riang seperti biasa. Cony menoleh dan mencari-cari dibelakang punggungku. Apakah aku membawa boneka beruang apa tidak.

"Tadaaaaa" aku mengeluarkan handphoneku. Cony tampak bingung

"Boneka beruangnya mana kak? Tanyanya

Aku segera mengusap layar hp ku dan memberikannya pada Cony.

"Lihat Cony,ini beruang line namanya Brown" kataku. Cony awalnya tampak bingung sambil memperhatikan stiker Line Brown yang ada di layar hpku

"Dia Brown?" Tanyanya mulai memberi reaksi tertarik sambil mengusap-usap stiker line brown tersebut

"Iya,namanya Brown. Dia beruang dari Line. Beruang palinggggg cakep plus kalem" kataku bersemangat

"Line itu dimana kak?" Tanyanya polos,aku hampir saja tertawa 

"Pokoknya Itu tempat tinggalnya Dennis,Yuka,Catrina,ama Hernandez juga" kataku menyebut para karakter di line get's rich itu. Kuliat mata Cony melebar penuh rasa penasaran.

"Beneran kak?"

"Iya bener,Brown juga punya teman namanya moon,selain itu dia juga punya pacar namanya Cony" lanjutku.

"Wah nama pacar Brown mirip denganku" katanya antusias.

     Aahh.. rasanya lega untung ada Line ini,untung ada Brown si beruang terakhir yang menyelamatkanku.akhirnya Cony pun mau dioperasi. Beruntung operasinya berjalan dengan lancar dan keadaan Cony berangsur-angsur membaik.

Setelah itu setiap hari selama bulan Ramadhan ini,aku dan Cony bercerita tentang Brown dan para penduduk Line City. Aku jadi tahu kenapa Tuhan memberikan cobaan yang besar untuk Cony,karena Cony adalah anak terkuat yang pernah kutemui dengan kerendahan dan kemuliaan hatinya,Tuhan memberinya hidup sekali lagi.


***END***


Anak Bangsa yang Terkenal di Luar Negeri


1.Prof. Nelson Tansu, Ph.D


Nama : Prof. Nelson Tansu, Ph.D
Asal : Medan, Indonesia
Biografi :
Nelson Tansu putra dari pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw ini adalah Profesor termuda di Amerika Serikat yang lahir pada tanggal 20 Oktober 1977 di Medan, Sumatera Utara. Nelson Tansu adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Abang Nelson, Tony Tansu adalah lulusan Universitas di Jerman yaitu master dari Ohio, Amerika Serikat dan adiknya Inge Tansu adalah lulusan dari Ohio State University (OSU). Nelson sendiri adalah siswa lulusan dari TK-SD-SMP-SMA  Sutomo 1 Medan. Juli 1981 - Mei 1983 dia menjadi siswa di TK Sutomo 1 Medan. Juli 1983-1989 dia menjadi siswa di SD Sutomo 1 Medan, pada tahun 1992 dia lulus dari SMP Sutomo 1 Medan dan terakhir dia lulus dari SMA Sutomo 1 Medan  pada tahun 1994 serta ia juga pernah menjadi finalis dari Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Setelah menamatkan SMA pada tahun 1995 dia memperoleh beasiswa dari Bohn’s scholarship untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin Madison, Amerika Serikat. Ia berhasil meraih gelar bachelor of science pada tahun 1998 dan itu kurang dari tiga tahun dengan predikat summa cum laude . setelah itu dia melanjutkan lagi kuliahnya dan mendapatkan gelar doctor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003. Karir Nelson tidak sampai disitu saja, pada tahun yang sama dengan umur yang masih berusia 25 tahun dia menjadi asisten profesor di bidang electrical dan computer engineering, Lehigh University, East Coast, Amerika Serikat. Dan saat ini Prof. Nelson Tansu telah menjadi Class of 1961 Chair Associate Professor di Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer .
Lebih dari 220 hasil riset maupun karya tulisnya sudah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional, Prof. Nelson telah memperolah 11 penghargaan dan 3 hak paten atas penemuan risetnya. Diantaranya adalah pengembangan dari teknologi nano. Selain itu dia juga telah menerbitkan dua buku yang sekarang merupakan buku teks (buku pegangan wajib) bagi mahasiswa S-1 di Amerika Serikat. Riset Tansu adalah dalam bidang fisika terapan terutama dalam bidang semikonduktor, dan fotonika.


Produk Penemuan : 
Prof, Nelson Tansu adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano. Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan dan rekayasa masa depan. Nanosains adalah ilmu pengetahuan dan teknologi pada skala nanometer, atau supermilyar meter. Nano teknologi merupakan suatu teknologi yang dihasilkan dari pemanfaatan sifat-sifat molekul atau struktur atom apabila berukuran nanometer. Jadi apabila molekul atau struktur dapat dibuat dalam ukuran nanometer maka akan dihasilkan sifat-sifat baru yang luar biasa . sifat-sifat inilah yang dimanfaatkan untuk keperluan teknologi. Prof. Nelson Tansu dengan percobaannya telah membuat pekerjaan semakin lebih ringan, misalnya pemberdayaan sinar laser dengan listrik superhemat. Jika sinar laser awalnya butuh listrik 100 watt, dengan penemuan dari Prof. Nelson Tansu ini sinar laser itu dapat dibuat menjadi hanya perlu 15 Watt saja. Nelson juga telah menerbitkan konferensi ilmiah internasional tentang semikonduktor, optoelektronika, fotonika, dan nanoteknologi. Terutama bidang riset mencakup fisika dan teknologi dari semikonduktor nanostruktur untuk laser, diode pemancar cahaya, sel surya, komunikasi, energi, dan lainnya.

2.Muhammad Arief Budiman, Ph.D


Nama : Muhammad Arief Budiman, Ph.D
Asal : Yogyakarta, Indonesia 
Biografi : 
Muhammad Arief  Budiman kelahiran Yogyakarta, 28 September 1970 ini adalah ilmuwan Indonesia yang bekerja di Orion Genomic Amerika Serikat. Setelah tamat dari SMU dia melanjutkan studinya ke Texas A&M University di bidang botani untuk S1 dan Bioteknologi untuk S2 ditahun 1999. Setelah itu dia melanjutkan S3 nya di Clemson University Genomic Intsitute dan lulus ditahun 2000. Sekarang Arief menjabat sebagai Kepala Library Technologies Group dan merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu. Selain itu Arief juga merupakan anggota dari American Society for Plant Biologists  dan American Association for Cancer Research. Di dalam masa penelitiannya, Arief sudah membuat delapan teknologi untuk menangani sel kanker manusia, satu diantaranya sudah di patenkan, dan tujuh lainnya sedang menunggu proses persetujuan dari kantor paten Amerika Serikat. Selain itu, jabatannya sebagai kepala di Library Technologies Group membawa dia kepada genetika, dimana genetika ini adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, sebagai pembawa sifat pada manusia. Peran ilmu ini sangat penting pada masa depan, yaitu dalam peperangan melawan penyakit , rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutuhan pangan dunia di masa depan nanti. 

Produk Penemuan :Temuan pertama Arief yang sudah dipatenkan adalah alat untuk menemukan biomarka (penanda molekul)  pada penyakit kanker. Masing-masing pemindai kanker untuk kanker payudara, kanker ovarian, kanker hati, kanker kolon, kanker paru-paru, kanker melanoma, kanker kandung kemih, kanker ginjal, dan kanker endometrial. Daya deteksi alat-alat itu terhadap sel kanker bisa diandalkan. Sekedar contoh, pengendus kanker payudaranya memiliki sensitivitas di atas 90 persen. Dengan akurasi setajam itu, kalangan kedokteran menilai temuan-temuan tersebut akan merupakan arsenal penting dalam peperangan melawan kanker penyakit pembunuh kanker nomor satu di dunia.
Arief juga mengembangkan teknologi untuk mengaplikasikan gugus metil pada pembacaan gen tanaman. Yaitu penapis metil. Penyaring metil ini berfungsi untuk menapis DNA sampah di dalam gen sebuah tanaman, yang jumlahnya sekitar 50 persen dari seluruh gen dalam tanaman itu dengan mendeteksi gugus metilnya. BAC (Bacterial Artificial Chromosome) yang menjadi bahan desertasinya di Texas A&M Technology, adalah tonggak pertama dalam bidang genetika di Amerika, berkat daya gunanya, BAC kemudian menjadi mesin utama dalam proyek raksasa bertajuk International Rice Genome Sequencing Project yang dipimpin oleh Jepang.

Referensi 

http://beritabaik.web.id/2013/09/09/prof-nelson-tansu-phd-pakar-teknologi-nano/
http://operator-it.blogspot.ae/2013/11/mengenai-apa-itu-nano-teknologi.html?m=1
http://www.biografiku.com/2011/02/biografi-nelson-tansu-professor-termuda.html?m=1
http://www.google.com
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Nelson_Tansu
http://id.m.wikipedia.org/wiki/M._Arief_Budiman
https://ngawulangan.wordpress.com/2013/04/07andai-sang-jenius-kembali-ke-pangkuan-ibu-pertiwi/



Perkembangan Kompor





A.Pada Zaman Berburu

Pada zaman ini sama sekali belum dikenal alat memasak seperti tungku ataupun belanga, pada umumnya manusia masih menggunakan api bakar dari kayu yang dibakar kemudian mulai memasak makanan dengan cara dipanggang, karena pada zaman ini memang kita ketahui bahwa masyarakat masih suka berburu dan masih berpindah tempat. Cara manusia untuk mendapatkan api pun masih sangat sederhana yaitu dengan menggosok-gosokkan kedua batu hingga muncullah api dan di percikkan ke kayu yang kemudian dijadikan alat memasak pada waktu itu.

1.Pada Zaman Peradaban
Tungku Api / Kamado

Pada masa ini diketahui bahwa bangsa-bangsa timur seperti China,Korea, dan Jepang sudah terlebih dahulu mengenal yang namanya kompor atau lebih tepatnya disebut sebagai tungku. Tungku api ini diperkirakan sudah ada di China sejak dinasti Qing (221-206/207 SM) dan terbuat dari tanah liat. Desainnya mirip dengan kamado di Jepang pada periode Kerajaan Kofun di abad ke 3 sampai abad ke 6. Kamado sendiri mempunyai bentuk kotak persegi yang mengurung api dengan lubang diatasnya untuk menaruh panci, poci, atau berbagai wadah dari besi atau keramik untuk memasak air atau makanan. Tinggi Komado setinggi lutut orang dewasa. Bahan bakarnya adalah kayu atau batubara yang dimasukkan dari lubang di bagian depan, dan kamado ini terus digunakan sampai periode kerajaan Edo (1603-1867).

2.Perapian

Bangsa Eropa mulai mengenal yang namanya tungku sekitar abad ke 18. Pada waktu itu masyarakat Eropa masih memasak secara terbuka dengan pembakaran kayu bakar. Lalu berkembang dengan membuat lantai yang lebih rendah untuk memasak. Hingga akhirnya pada abad pertengahan mereka mulai membuat perapian dengan susunan batu. Perapian itu dibuat setinggi pinggang dan dilengkapi dengan cerobong asap. Panci memasak diletakkan tepat diatas api dengan cara digantung dengan tiang atau kaki tiga. Untuk mengatur panas tinggal menaikkan atau menurunkan panci.


3.Kompor Minyak Tanah Portabel
                 
Seiring waktu, ditemukannya minyak bumi yang ternyata dapat memicu api. Sehingga dibuatlah kompor dan yang pertama kali memperkenalkankan temuan ini adalah Alexis Soyer pada tahun 1849. Kompor ini bertekanan udara yang dicampur dengan minyak tanah. Sedangkan kompor yang lainnya adalah kompor minyak tanah yang tidak bertekanan karena menggunakan sumbu. Namun tidak diketahui siapa penemu pasti dari kompor yang satu ini.

4.Kompor Gas 

Dikarenakan minyak bumi yang terbatas, manusia menciptakan alternatif baru yaitu kompor gas alam. Kompor gas pertama kali dipergunakan pada tahun 1820, namun masih dalam masa percobaan sehingga masih belum banyak yang menggunakannya seperti sekarang ini. Baru pada tahun 1851 World Fair mulai memunculkan kompor gas di London. Dan mulai tahun 1880 kompor gas mulai disebarluaskan dan dikomersilkan ke masyarakat luas. Hingga pada saat ini ada berbagai macam bentuk dari kompor gas yang dipergunakan.kompor ini dihubungkan dengan elpiji (LPG) , dimana kita tahu bahwa LPG adalah gas bumi yang dicairkan dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponen yang terdapat di dalam LPG didominasi oleh propana (C3H8), butana (C4H10), etana (C2H6) dan pentana (C5H12). LPG dikemas dalam bentuk tabung logam bertekanan agar memungkinkan terjadinya ekspansi panas dari cairan yang dikandungnya, tabung LPG tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85%  agar apabila terjadi penguapan tidak akan meledak. 

5.Kompor Listrik

Pada 20 September 1859, George B. Simpson di Washington DC, Amerika Serikat mematenkan kompor listrik. Kompor ini menggunakan pemanas dari kumparan, prinsipnya, energi listrik diubah menjadi energi panas lewat kumparan. Seiring perkembangan zaman, di tahun 1970 muncul ide untuk menggantikan kawat dengan glass-caramic, sehingga tidak berbau, berasap, dan ringkas. Anda hanya perlu menyambungkan kompor dengan listrik maka sudah dapat beroperasi dan memasak masakan anda. 



6.Kompor Air
  
Kompor ini terbuat dari gabungan antara kompor minyak tanah dengan kompor resistansi listrik, dimana kombinasi antara satu sendok teh minyak tanah dan satu liter air sebagai bahan bakar maka kompor tersebut dapat menyala selama  satu jam. Tentu saja sangat jauh lebih hemat bila dibandingkan dengan kompor biasa yang bisa menghabiskan satu liter minyak tanah untuk waktu yang sama. Air tersebut dapat menyalakan api yang sangat kuat, tidak menimbullkan asap, bau, dan tingkat suhu yang juga tinggi. Rahasia hemat dari kompor ini adalah pada perangkat listrik yang dipasang padanya yang berfungsi sebagai alat konversi energi air dan minyak tanah, sekaligus sebagai pengatur panas pada api kompor. Daya listrik yang dipakai pun tidak banyak, hanya 10 watt saja. Dengan kombinasi listrik, minyak , dan air kompor mampu menyala selama 24 jam penuh dengan satu liter BBM saja. Pilihan bahan bakarnya pun tidak hanya minyak tanah semata, melainkan bisa juga diganti dengan spiritus,alcohol, atau bahan bakar lainnya. 

7.Kompor Digital
      
Kompor resistansi listrik kemudian dirombak kembali menjadi kompor digital, kita tidak akan menemukan adanya api disini. Kompor digital hanya merubah energi listrik menjadi suhu yang dapat diatur tanpa membakar objek yang dipanaskan. Sehingga pemakai tidak perlu khawatir tangannya akan terbakar terkena api. Kompor ini akan menurunkan suhu secara otomatis jika suhu pemanasan telah melampaui batas maksimum sebuah kompor dengan tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan kompor lainnya. Kompor ini diatur oleh sebuah chip mikro kontroler yang menggunakan energi listrik. Kompor ini tidak akan terasa panas bila dipegang karena dilengkapi dengan panel yang terbuat dari keramik. Sehingga bisa melawan suhu panas. Kompor ini menggunakan api dalam pemanasannya , selama proses pamasakan kompor ini tidak akan memanaskan udara di sekitarnya sehingga aman digunakan di ruangan berAC. Selain itu kompor ini ringan dan bisa dibawa kemana-mana,cukup hubungkan kompor ini ke power inverter sebagai penyedia listrik, kompor siap anda gunakan.





Referensi
http://unordinary-worl.blogspot.ae/2011/03/kompor-dan-sejarahnya.html?m=1
http://noviantinurnaila.blogspot.ae/2012/12/perkembangan-kompor.html?m=1
http://serenade-sama.blogspot.ae/2009/03/perkembangan-perapian-hingga-kompor.html?m=1